PETANI SUKSES: Dedeh Muntama bersama petani lainnya yang sedang menggarap lahan sawahnya. Dedeh kini merasa lebih sejahtera setelah mendapat pendampingan dari PT Berau Coal.

Dedeh Muntama (40) sudah memantapkan hati sebagai seorang petani. Kebutuhan perekonomian keluarganya bisa dipenuhi. Malah, perempuan yang tergabung dalam kelompok tani Tri Tunggal, RT 6 Kampung Gurimbang itu, merasa kesejahterannya terus meningkat sebagai petani. Berkat pendampingan PT Berau Coal yang konsisten memberikan pemenuhan kebutuhan dalam usaha pertaniannya, dalam beberapa tahun terakhir. 

SUMARNI, Tanjung Redeb 

Sudah empat tahun Dedeh berjuang sendiri menghidupi anak dan keluarganya. Meski sebagai seorang single parent, dirinya tak pernah kenal kata menyerah. Pun tidak merasa berat memilih bertani untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan pekerjaan itu sudah ditekuninya sejak dirinya masih berusia 25 tahun. 

“Orangtua memang petani, kebetulan juga saya ini hobinya bertani. Karena keduanya sudah almarhum, jadi sayalah yang meneruskan warisan orangtua ini,” ujar Dedeh. 

Tak mudah memang bagi Dedeh, apalagi dirinya dituntut menjalankan dua peran sekaligus. Harus mengurus rumah tangga sendiri tanpa bantuan dari pasangan. Di sisi lain, juga mempunyai kewajiban untuk  membesarkan enam orang anaknya.

“Menekuni pekerjaan sebagai petani dengan upah yang pas-pasan, membuat saya harus pandai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga,” katanya. 

Menurutnya, setiap petani mengharapkan peningkatan kesejahteraan dalam kehidupan keluarga. Memang tak mudah untuk bisa bertahan hidup sebagai petani di kampung. Di samping harus bekerja keras mengelola sawahnya agar hasil panennya tidak gagal, petani juga mesti didukung kebutuhan-kebutuhan penunjangnya. Seperti pupuk, bibit padi, obat, racun untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, hingga mesin perontok padi agar lebih memudahkan petani. 

“Awal-awal kami bertani, hal paling utama itu adalah kesulitan kita untuk menjualnya. Susah sekali ketika sudah panen harus mencari pembeli, apalagi kalau tidak ada yang mau beli, mau tidak mau kita harus menunggu. Kalaupun ada yang beli tapi ya, tidak banyak,” bebernya. 

“Pada akhirnya lahan sawah tidak mampu diperluas karena tidak berani ambil risiko. Kekhawatiran kita, ketika panen hasilnya tidak bisa terjual semua,” sambungnya. 

Kendala lainnya yang kerap dihadapi Dedeh maupun petani lain dalam kelompoknya, adalah sulitnya mengembangkan kapasitas kemampuan petani itu sendiri. Karena tidak adanya pembinaan dan pendampingan untuk bisa meningkatkan kualitasnya. Padahal pembinaan itu dianggapnya penting, dalam menjawab tantangan perubahan zaman, agar menjadi lebih tangguh dan mandiri. 

“Dulu belum ada pembinaan apalagi pendampingan. Kita bertani ya sesuai pengetahuan yang kita miliki. Masih menggunakan metode lama, yang menjadi warisan turunan orangtua kita,” ungkapnya. 

Sampai akhirnya, PT Berau Coal masuk dengan program-program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Sejak itu, para petani membentuk kelompok dan akhirnya bisa melewati masa-masa sulitnya. Petani di Kampung Gurimbang ini bisa dilihat buktinya, sudah merasa sejahtera sejak adanya pendampingan dan pembinaan-pembinaan yang diberikan oleh Berau Coal selama ini. 

“Alhamdulillah selama dibantu Berau Coal, semuanya lancar. Ibaratnya tidak ada hambatan. Keinginan petani bisa menjual hasil panen lebih, bahkan berton-ton pun akhirnya terpenuhi berkat kerja sama dengan Berau Coal sebagai pembeli,” tuturnya. 

Selama pendampingan kepada para petani pun, PT Berau Coal turut membantu pemenuhan kebutuhan bertani, seperti obat, racun, dan bibit padi yang unggul. Selain itu hasil pertanian juga diserap seluruhnya oleh Berau Coal. 

“Saya pribadi saja, ada 2 ton lebih 100 kilo yang saya jual ke Berau Coal. Sekali panen saya itu 4 ton. Sisanya saya simpan di rumah,” ucapnya. 

Dari hasil pertanian padinya, Dedeh sangat bersyukur. Karena sekali jual bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 5 juta bahkan lebih. Dibandingkan dulu ketika sangat sulit mencari pembeli, setiap kali panen hanya bisa memperoleh untung sebesar Rp 500 ribu. Sekarang, kebutuhannya sudah mampu dia penuhi. Mampu terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga melalui bertani, menjadi tiang dalam keluarganya dalam pembiayaan anak-anaknya. Baik itu hal pendidikan maupun untuk makan sehari-hari. 

“Jadi jauh sekali perbandingan dulu dan sekarang. Tidak ada kekhawatiran lagi jual ke mana hasil panen petani. Mau ambil berapa hektare pun tidak ragu lagi. Karena sudah ada yang menampung sekarang yakni Berau Coal. Alhamdulillah kita petani lebih sejahtera hidupnya. Meningkat ekonominya,” bebernya. 

Akhir kata, dia menyampaikan ucapat terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PT Berau Coal. Karena telah mempengaruhi perubahan perekonomiannya menjadi lebih baik. 

“Terima kasih atas bantuannya, khususnya kepada para petani di Kampung Gurimbang ini. Semoga selamanya bisa bekerja sama agar para petani di sini bisa lebih sejahtera lagi. Harapannya para petani bisa didukung  terus oleh PT Berau Coal,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Kampung Gurimbang Edy Gunawan mengaku, dengan adanya pendampingan PT Berau Coal, petani di Kampung Gurimbang disebutnya sudah cukup baik perkembangannya. Terutama dalam hal pemasaran. Karena petani tidak lagi kesulitan untuk menjual hasil panennya. Selain itu, adanya pinjaman modal dan pelatihan serta pembinaan yang diberikan, sangat membawa manfaat bagi para petani di kampungnya. 

“Harapan saya, Kampung Gurimbang bisa menjadi penghasil beras utama di Kabupaten Berau. Saya menilai, potensi itu ada apabila dikembangkan lebih intensif lagi. Beberapa keluhan petani, sedikit demi sedikit bisa teratasi,” tutur Edy. 

Terpisah, Community Base Development Manager PT Berau Coal Hikmawaty menuturkan, hal itu sudah menjadi komitmen Berau Coal. Salah satunya mengembangkan potensi lahan sawah melalui pendampingan kepada para petani, khususnya di Kampung Gurimbang. 

“Yang kemudian nanti tercipta peluang-peluang usaha dan juga membantu meningkatkan SDM petani, bagaimana kemudian lahan itu dikelola secara baik,” kata Hikmah. 

Dalam hal ini, pihaknya tetap menggandeng Dinas Pertanian dan Peternakan, serta Dinas Pangan. Tentu dengan kerja sama yang baik dengan instansi terkait, pembinaannya bisa lebih fokus ke para petani. Pihaknya juga mendukung sarana produksi pertanian di Kampung Gurimbang. 

“Awalnya saat ke Kampung Gurimbang, ternyata terdapat potensi lahan basah. Jika dioptimalkan dengan baik, kemudian petani bisa nanam padi dua kali dalam setahun. Tentu itu bisa meningkatkan hasil pendapatan para petani,” imbuhnya.

Sumber: berau.prokal.co