Ilustrasi Kakao
Biji kakao asal Berau berpotensi menjadi produk ekspor unggulan. Sebab, kakao Berau masuk delapan besar biji kakao yang lolos seleksi Indonesian National Cocoa of Excellence 2021 dari 58 biji kakao se-Indonesia dan sedang berkompetisi dalam ajang bergengsi Cocoa of Excellence di Paris, Prancis.
Produk pertanian di Kaltim makin luas. Selain minyak kelapa sawit dan karet, Bumi Etam bakal memiliki komoditas andalan ekspor baru. Yakni kakao Berau yang berpotensi menjadi single origin di tengah berkembangnya tren chocolate specialty, di mana biji kakao asal negara tertentu ditentukan berdasarkan flavour.
Misalnya kakao Madagaskar yang dianggap memiliki aroma fruity dan terdapat tingkat acidity. Keunikan dari biji kakao asal tempat yang berbeda menciptakan pasar untuk cokelat premium yang menggunakan kakao single origin. Dengan adanya rasa unik dan diproduksi dengan jumlah yang terbatas, menjadikan produk single origin menjadi produk premium.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad menjelaskan, Kaltim merupakan salah satu penghasil kakao rakyat di Indonesia, meskipun arealnya relatif kecil dibandingkan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Namun, kakao telah menjadi unggulan ketiga setelah kelapa sawit dan karet di Kaltim.
“Selain kualitas kakao yang sudah teruji, Berau diuntungkan dengan hadirnya pemain baru dalam rantai pasok kakao, yaitu Berau Cocoa yang merupakan anak perusahaan Berau Coal,” ungkapnya, Selasa (1/6).
Menurutnya, Berau bisa menjadi penghubung biji-biji kakao dari Kaltim. Potensi kakao lainnya ada di Kutai Timur dan Mahakam Ulu. Bila sudah ada penghubung, maka akan memudahkan hilirisasi kakao, untuk pasar domestik maupun global. Apalagi, Kaltim akan menjadi ibu kota negara. Rencana ibu kota negara membuka peluang pasar domestik, hotel maupun tempat wisata merupakan pasar potensial.
Di Kaltim ada beberapa daerah yang memang dikembangkan untuk komoditas tertentu. Itu sudah dilakukan, di antaranya Kutai Barat untuk komoditas karet dan Berau untuk kakao. Pihaknya sudah melakukan peremajaan, perluasan dan intensifikasi komoditas pada 2021. Khusus intensifikasi, Kaltim menyiapkan lima komoditas unggulan, yaitu kelapa sawit, lada, karet, kakao, dan kelapa. “Kaltim memang memiliki potensi besar dalam pengembangan kakao,” terangnya.
Konsultan Kakao Yayasan Kalimanjari Agung Widiastuti mengatakan, kakao Berau masih berpotensi dikembangkan menjadi single origin seperti komoditas kopi. Kualitasnya sudah masuk cocoa of excellence. Secara kuantitas pun masih terbuka. Disebutkannya, angka produksi meningkat perlahan, mulai 600 kg per hektare pada 2018, empat tahun berselang menjadi 750 kg per hektare. Luasan kebunnya pun turut bertambah, hingga mencapai 3.200 hektare pada 2021.
Di Berau ada enam rantai pasok di Kampung Long Lanuk, Merasa, Muara Lesan, Lesan Dayak, Long Beliu dan Sidobangen. Daerah ini diyakini memiliki arah pengembangan ke pasar premium, yaitu kakao fermentasi dengan sertifikasi organik. “Kakao Berau memiliki keunggulan dibandingkan daerah lain,” ungkapnya.
Jika ada satu perusahaan yang menempatkan kakao di Berau sebagai single origin saja, tentu akan menjadi kebanggaan. “Dengan menjadi single origin, kakao Kaltim akan masuk menjadi kakao premium dan memiliki harga dan pasar yang lebih luas,” pungkasnya. (*/LFF)
Sumber: berau.prokal.co