Forum Komunitas Maritim Berau (FKMB) didukung PT Berau Coal menggelar rapat koordinasi lintas sektor, untuk mengantisipasi penularan Corona Virus (nCoV) di Kabupaten Berau, Senin (3/2).
Dalam agenda tersebut, hadir selaku pembicara dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tarakan, Dinas Kesehatan Berau, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Berau, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Abdul Rivai, dan pihak swasta.
Pada kesempatannya, Kepala Dinas Kesehatan Berau Iswahyudi, menuturkan, saat ini Berau masih aman terhadap penularan nCoV, namun pihaknya tetap melakukan antisipasi masuknya virus tersebut.
“Memang sempat ada dua orang yang dilarikan ke RS diduga terjangkit virus itu, namun hasilnya negatif,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala KKP Kelas II Tarakan Hidayat, menuturkan, Corona merupakan virus yang timbul tenggelam. Kasus tahun 2002-2003 dikenal dengan Sars, tahun 2008-2009 Novel Corona, dan tahun 2015 dikenal dengan Mars yang berasal dari Timur Tengah.
“Dirjen Perhubungan Udara dan Dirjen Perhubungan Laut sudah mengeluarkan edaran untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap arus masuk terutama dari Tiongkok,” katanya.
Ia melanjutkan, Rabu (5/2) pukul 00.00 Wib, semua penerbangan dari Tiongkok ditolak. Semua arus masuk warga dari Tiongkok tidak diizinkan untuk sementara waktu, begitu juga sebaliknya.
NCoV terangnya, masih belum diketahui pasti apa penyebab dan bagaimana cara penyebarannya. Maka dari itu pihaknya juga masih melakukan pendalaman untuk mencegah penyebaran masuk ke Indonesia, khususnya Berau.
“Bandara Kalimarau pun telah memasang thermal scanner. Isu yang berkembang cukup banyak untuk nCoV ini. Mulai dari kebocoran labotarium hingga senjata,” tuturnya.
“Saya apresiasi kepada teman-teman maritim cepat mengambil langkah terhadap hal ini,” ujar Hidayat.
KKP Kelas II Tarakan juga lanjutnya, melakukan pemeriksaan terhadap awak kapal yang datang dari luar negeri. Tentu hal ini dilakukan agar wabah tersebut tidak masuk dari jalur laut.
Selain itu, pihaknya juga melakukan karantina selama 14 hari bagi warga yang bepergian dari Tiongkok. Itu yang dimaksud dengan inkubasi atau pemeriksaan perkembangan virus.
Sementara itu, Ketua FKMB Hasanul Haq Batubara, mengatakan, rapat ini dilakukan untuk memberikan pengertian mengenai nCoV, hingga cara pencegahannya.
“Kita kan bergerak di jalur pelayaran. Jadi harus memastikan semua anggota aman,” ucapnya.
Hasanul mengaku peningkatan pengawasan tentu memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh awak kapal. “Pastinya ada rasa aman setelah KKP Tarakan melakukan pengawasan ekstra ketat untuk masuknya kapal asing ke Indonesia, terkhusus Berau,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, untuk dampak virus sendiri terhadap keluar masuknya kapal tentu sangat berpengaruh. Terlebih nyaris 40 persen kapal pengangkut batu bara merupakan dari Tiongkok.
“Jelas berpengaruh. Maka dari itu, kita diskusi, cari langkah-langkah cepat namun tidak gegabah,” tuturnya.
PT Berau Coal sendiri ditekankannya sangat mendukung diskusi serupa, mengingat dampaknya juga untuk masyarakat secara luas. (*/hmd/***/sam)
Sumber: Berau Post edisi Rabu, 05 Februari 2020