Serah terima seritifkat perlindungan Indikasi Geografis (IG) oleh Bupati Berau
TANJUNG REDEB – Kakao Berau kini mengantongi sertifikat perlindungan Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kanwil Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Republik Indonesia. Sertifikat tersebut diterima langsung oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih, Rabu (09/2) malam di kediamannya.
Diterimanya sertifikat tersebut juga tidak terlepas dari kontribusi nyata PT Berau Coal, dalam programnya mengembangkan Berau Cocoa di Berau selama ini. Melalui pendampingan terhadap para petani dalam meningkatkan mutu dan produksi perkebunan biji kakao menjadi berkualitas baik.
Kakao Berau menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan Kalimantan Timur (Kaltim). Bahkan, mampu masuk delapan besar biji kakao yang lolos seleksi Indonesian National Cocoa of Excellence 2021 dari 58 biji kakao se-Indonesia.
Biji kakao Berau juga telah memenuhi standart yang berdasarkan dengan SNI 01–2323–2008. Karena mempunyai ciri khas tersendiri baik dari segi rasa, aroma, dan memiliki beberapa keunggulan dalam kandungan kimianya.
Dengan areal perkebunan Kakao di Kabupaten Berau seluas 1,963 hektar yang diliputi enam kecamatan yakni Sambaliung, Teluk Bayur, Gunung Tabur, Tabalar, Kelay, dan Segah.
Bupati Berau Sri Juniarsih mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau turut berbangga, karena potensi kakao Kabupaten Berau disambut sangat positif dari pelbagai kalangan, baik dari dalam negeri sampai luar negeri. Terutama pada hasil produksi kakao petani di Berau.
“Bangga luar biasanya lagi bahwa Kakao Berau berhasil berada di peringkat lima terbaik di Dunia,” ujarnya kepada awak media.
Hal tersebut tentu saja meningkatkan semangat untuk mengembangkan dan menciptakan inovasi-inovasi baru, melalui komoditas kakao. Sehingga, hasil produksinya bisa dikenal lebih luas lagi, baik dari lokal maupun luar negeri.
“Apabila ada pengunjung atau wisatawan datang ke Berau, bukan hanya mengunjungi wisatanya saja. Tetapi, pengunjung yang datang juga bisa menikmati kakao kita yang luar biasa,” katanya.
Sri juga berharap, adanya kakao ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Berau. Jajaran Dinas Perkebunan dan pihak-pihak terkait khususnya terhadap PT Berau Coal juga diharapkannya, senantiasa melakukan pendampingan terutama di wilayah komoditas kakao Kabupaten Berau.
Apalagi ia berkeinginan terdapat galeri yang memperlihatkan produk kakao Berau pernah diekspor. “Saya berpesan kepada dinas terkait dan PT Berau Coal untuk mengolah coklat ini supaya juga bisa dirasakan oleh masyarakat Berau. Agar bisa dipajang di galeri-galeri maupun di hotel-hotel,” harapnya.
” PT Berau Coal juga dalam hal ini sudah memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Dan kepinginnya saya itu bisa benar-benar direalisasikan bukan hanya secara nasional dan luar negeri, tetapi juga di kalangan masyarakat Berau juga,” sambung bupati wanita pertama di Berau ini.
Kepala Dinas Perkebunan, Lita Handini menambahkan, pengembangan program Berau Cocoa yang merupakan bagian dari PT Berau Coal ini, bekerja sama dengan Dinas Perkebunan ,dalam hal menyerap hasil produksi masyarakat.
Karena seperti yang ditemui di lapangan bahwa masyarakat maupun para petani tidak bisa mengolah menangani pasca panen sesuai mutu yang diinginkan pasar.
“Sehingga bekerjasama dengan PT Berau Coal mereka menerima kakao basah dan diproses pasca panennya di pabrik Berau Cocoa milik Berau Coal, dengan teknologi tertentu sesuai dengan keinginan sehingga standar mutunya terjamin dan harga jualnya tentu lebih meningkat,” ucapnya.
Hal itu menurutnya memberikan dampak yang lebih kepada petani kakao. Karena ada hasil jual yang meningkat dan tentunya kesejahteraan masyarakat ikut meningkat. Itu tak lain karena adanya pendampingan dari PT Berau Coal yang secara konsisten dan terus berkomitmen membantu masyarakat.
“Karena selama ini Berau Cocoa hanya menjual dalam bentuk bahan baku, jadi harapan bupati juga bisa menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Yang bisa langsung dipasarkan di Berau untuk mendukung pariwisata. Tentu akan kita koordinasikan lagi bersama Berau Coal agar keinginan itu bisa terealisasi,” bebernya.
Sementar itu, Head of Cacao Busines Unit PT Berau CoalPT Berau Coal, Muhammad Khodim menerangkan, pengembangan Kakao Berau merupakan sinergitas bersama. Kolaborasi dengan Dinas Perkebunan Berau dan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), yang di dalamnya terdapat lintas sektor seperti Disbun, DPMPTSP, dan Berau Cocoa, serta beberapa NGO.
Disebutnya, IG ini tentu tujuannya untuk mempublikasi tentang kekhasan dari kakao Berau. Selain itu semacam hak paten juga, karena IG ini menunjukkan dari mana barang atau produk itu berasal.
“Itulah yang menjadi gagasan kita. Sehingga dari adanya sertifikasi menjadi originalitas dari Berau,” kata Khodim. Dari segi anggaran sudah dianggarkan oleh Disbun Kaltim dan segenap lintas sektor Berau. Harapannya, bisa diterima dan terus kami kembangkan. Untuk meningkatkan nilai atau value pada kakao Berau,” jelas Khodim.
Menurutnya, target utama pihaknya saat ini adalah bagaimana bisa mempertahankan konsistensi kakao Berau itu sendiri. Terlebih pihak kanwil telah mengimbau, agar ciri khas harus dipertahankan. Begitu juga secara volume atau kuantitasnya ditingkatkan. Produk olahan juga akan ditambah.
“Terlebih Bupati juga menginginkan olahan kakao bukan hanya berupa bahan baku yang di ekspor ke luar negeri. Jadi tidak hanya dari segi ekonominya tapi juga dari segi produk bisa di produksi di Berau. Sehingga bisa dikonsumsi oleh masyarakat Berau juga,” bebernya.
“Itu juga harapannya agar bisa mendukung program pariwisata di Berau, bukan hanya melihat keindahan alam tapi juga mencicipi cita rasa dan kenyamanan cokelat Berau,” sambungnya.
Di sisi lain, kakao secara global masih jauh antara supply dan demand-nya. Indonesia secara nasional itu masih minum 320 ribu ton Kakao kering. Sedangkan Berau sendiri baru memproduksi 314 ton. Makanya, tantangannya harus bisa menjaga konsistensi kualitas kakao serta menambah kuantitasnya.
Selain itu, pasar kakao masih sangat terbuka dan menjanjikan, baik dari segi harga dan jumlah. Kakao menjadi harapan Berau karena reputasinya sudah bagus. Bisa dinikmati hingga Eropa dan Asia. Ada Jepang dan juga datang permintaan dari Tiongkok.
“Kami juga mau merambah ke Timur Tengah. Target tiga bulan akan kami koordinasikan dulu dengan pihak terkait. Dan bagaimana supaya sustainable artinya berkelanjutan. Terus maju, konsisten dan tentu akan menjadi lebih baik. Untuk harga ada tiga grade, kami akan apresiasi petani yang menghasilkan kakao bagus, agar yang lain bisa mengikuti yang lebih tinggi,” tutupnya.
Sumber: berau.prokal.co