Kisah ini harus saya tulis agar menjadi ibrah dan inspirasi bagi kita semua. Setidaknya bagi diri saya sendiri.
Bermula saat pertemuan anggota Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Berau di Family Café pada November 2013. Hasil pertemuan tersebut melahirkan rencana program kerja bakti sosial (baksos) operasi bibir sumbing dan celah langit-langit.
Dalam pertemuan tersebut, saya pun dipilih menjadi Ketua panitia baksos tersebut. Awalnya saya ragu, mengingat kegiatan tersebut memerlukan tenaga dokter ahli, dan tentu saja dengan sekelumit masalah teknis yang membutuhkan biaya besar. Tapi, saya terima amanah tersebut karena memberikan tantangan tersendiri.
Singkat cerita, pada Januari 2014, panitia telah menuntaskan proposal dan term of reference rencana baksos tersebut. Selain itu, kami juga mendapat kabar baik dari tim Celebes Cleft Center (CCC) Makassar siap untuk melakukan operasi gratis di bulan Juni 2014. Bahan yang telah kami buat dan informasi dari CCC Makasar segera kami sampaikan ke Bupati Berau, tanpa berpanjang lebar, beliau memberikan restu, begitu pula dengan Direktur RSUD dr Abdul Rivai.
Informasi rencana baksos ini segera tersebar di pelosok Berau. Seorang nenek di Talisayan yang mendengar informasi ini dengan semangat segera menjemput cucunya, Juleha yang berusia 3 tahun menderita bibir sumbing dan celah langit-langit sejak lahir. Juleha sebenarnya adalah warga Talisayan, tapi berdomisili di daerah Sandaran, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), untuk mengikuti program operasi gratis disana. Sang nenek harus menabung hingga dananya cukup untuk menjemput cucunya. Selanjutnya menyeberang memakai perahu dari Teluk Sumbang ke Kutim, kemudian berjalan darat dengan naik sepeda motor berjam-jam agar bisa sampai ke tempat tinggal cucu tercintanya.
Lain cerita dengan si kembar dari Batu Putih, Alfin dan Alfan. Saat datang ke rumah mereka di Ampeng Medan, Kecamatan Batu Putih, saya melihat sebuah foto si kembar yang diedit dengan photoshop, yang berusaha menutupi sumbing yang mereka miliki. Dalam hati saya berdoa, semoga bulan enam nanti segera terealisasi, sehingga mereka dapat dioperasi dan wajah Alfan dan Alfin seperti pada foto yang terpajang di ruang keluarga itu.
Kemudian ada Charlie, bayi yang belum genap berusia 3 bulan, dia menderita bibir sumbing yang parah hingga pada lubang hidungnya. Siapa pun yang melihat wajah itu akan terharu dan merasa kasihan, betapa dia memerlukan sebuah tindakan operasi. Bayi mungil itu tampak kuat dan lucu.
Kisah-kisah di balik pendataan pasien-pasien bibir sumbing masing-masing dipaparkan oleh dokter gigi pendamping yang tentu saja sesuai dengan wilayah kerja tempat tugasnya di puskesmas. Pasien-pasien yang terdata ketika itu berjumlah 27 orang, dan rata-rata dari kalangan tidak mampu, serta juga dengan berbagai kisah menyedihkan. Ada kisah seorang pasien yang terbuang secara sosial, tidak diakui oleh keluarga dan dikucilkan di pergaulan. Bahkan, mungkin sebagian orang menganggap kelainan bawaan ini adalah kutukan.
Kami tak mau surut ketika menghubungi Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Berau. Program ini langsung disambut baik, Baznas siap mendukung. Tidak tanggung-tanggung, biaya penginapan pasien dan keluarga akan ditanggung selama seminggu selama berada di Tanjung Redeb, ketika operasi berlangsung nanti.
Dinas Kesehatan melalui Jamkesda juga turut andil. Biaya transportasi rujukan akan ditanggung. Tentu dengan syarat, pasien-pasien tersebut ber-KTP Berau dan memiliki SKTM. Dalam hati saya mengatakan, di Berau tak sulit untuk berbuat baik, ada saja orang-orang berhati mulia.
Saya semakin bersemangat. Bahkan, kami tidak sekadar ingin melakukan baksos gratis. Panitia punya obsesi membuat seminar/pelatihan kegawatdaruratan medik kedokteran gigi dengan menghadirkan seluruh dokter gigi se-Kaltim dan Kaltara. Tujuannya agar dokter gigi yang bertugas khususnya di pedalaman, memiliki skill khusus menangani kasus-kasus kegawadaruratan.
Sementara untuk melakukan kegiatan baksos saja, kami butuh besaran dana yang tidak sedikit, Boro-boro rencana bikin pelatihan. Sebanyak 27 pasien bibir sumbing yang kebanyakan tinggal di daerah terpencil tentu membutuhkan biaya akomodasi yang banyak. Dan kita ketahui, mereka masyarakat tidak mampu.
Tapi, langkah tak boleh surut, sekali layar terkembang maka pantang biduk berhenti melaju. Saya dan teman-teman harus yakin bahwa kegiatan itu untuk pengabdian. Niat ikhlas pasti ada jalan.
Suatu sore yang terik, kami membawa bundel proposal kegiatan tersebut ke PT Berau Coal, bermaksud mempresentasikan program yang kami rencanakan. Tentu saja, saya harus jujur bahwa kami masih butuh dana ratusan juta rupiah demi lancarnya kegiatan tersebut.
CSR Division Head PT Berau Coal Tedy N Abay mengangguk. Beliau begitu antusias mendengar paparan program itu. Foto-foto pasien yang saya perlihatkan sebagai hasil pendataan pasien seolah-olah mewakili esensi kegiatan itu. Beliau terharu melihat deretan foto-foto tersebut. Dan alhamdulillah, Berau Coal tak hanya memberikan dukungan, bahkan memberikan banyak masukan dan berencana menjadikan operasi bibir sumbing gratis di Berau sebagai kegiatan rutin. Itu luar biasa menurut kami.
Akhirnya, pada 9-15 Juni 2014, kegiatan operasi bibir sumbing dan pelatihan kegawatdaruratan medik yang dikemas sebagai “Berau Dentistry Sosial Care” berjalan sukses. Sebanyak 24 pasien telah dioperasi dan beberapa di antara mereka belum dioperasi, karena tiba-tiba jatuh sakit dan tidak bisa dilakukan prosedur operasi.
Setelah kegiatan itu selesai, beberapa keluarga pasien mengirim pesan singkat kepada panitia. Dengan tulus mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu. Kita semua hanya bisa berharap, semoga apa yang kita lakukan mendapat pahala dan ridho dari Maha Menggenggam, Allah SWT.
Gara-gara Berau Coal, di masa yang akan dating, masyarakat Kabupaten Berau tak perlu cemas lagi, khususnya bagi keluarga yang memiliki kerabat menderita kelainan bawaan bibir sumbing dan celah langit-langit. Program operasi gratis akan dilakukan secara rutin dan program selanjutnya direncanakan pada Mei 2015.
Program tersebut akan dikemas dalam bentuk “Collaboration Social Care” yang akan menghadirkan dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial dari Jepang, Belanda, dan Tim CCC Makassar. Informasi dan pendaftaran pasien dapat dilakukan mulai sekarang, dengan menghubungi nomor 081241048335. (*/BP)
*) Dokter Gigi Puskesmas Batu Putih