Perang melawan Covid-19 masih berlangsung. Petugas medis sebagai garda terdepan pun masih terus berjuang melawan ‘musuh’ tak terlihat ini. Fasilitas hingga peralatan medis pun kini berangsur mulai terpenuhi.
Dua bulan sudah berlalu. Sejak wabah Covid-19 pertama kali mulai terdeteksi masuk di Indonesia. Hampir semua daerah kini memiliki pasien positif mengidap virus SARS-CoV-2 itu. Termaksud Berau, yang berada di utara Kalimantan Timur.
Perkembangan terbaru Kamis (16/4) lalu di Bumi Batiwakkal–sebutan Berau, terdapat tambahan tiga pasien baru penderita Covid-19. Sehingga totalnya menjadi empat orang hingga kemarin.
Di balik terus bertambahnya jumlah penderita. Para petugas medis pun terus berjuang menyembuhkan pasien penderita. Tak jarang, mereka harus 24 jam memantau perkembangan para pasien yang ditempatkan di ruang isolasi, Ruang Teratai, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai.
Perjuangan para tenaga medis inipun disampaikan oleh Dani Apriat Maja. Seseorang yang bertugas sebagai tim penanganan Covid-19 RSUD dr Abdul Rivai dalam penanganan Covid-19. Tugasnya sebagai Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM).
Ia menceritakan, Berau termasuk ‘beruntung’ karena pernah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) saat wabah difteri terjadi 2019 lalu. Pakaian alat pelindung diri (APD) yang kerap menjadi persoalan di berbagai daerah, disyukurinya tidak terjadi di Berau. Karena sudah dipersiapkan saat KLB difteri terjadi.
“Jadi untuk pakaian APD sebenarnya sudah kami miliki dengan jumlah yang cukup. Beda hal dengan daerah lain, yang memang benar-benar kekurangan,” katanya bercerita kepada Berau Post.
Dengan kondisi itu, para petugas medis di Berau pun bisa sedikit bernapas lega. Mereka tak perlu memakai jas hujan seperti layaknya petugas medis di daerah lain. Karena disebabkan keterbatasan pakaian APD.
Namun demikian, ada satu hal yang masih sama dirasakan oleh para petugas medis di Berau dan luar daerah. Yaitu soal jam kerja yang terasa makin panjang dan melelahkan.
“Tak jarang memang kami harus pulang tengah malam, karena banyaknya hal yang harus kami kerjakan,” ungkapnya.
Hal itu tentunya hanya berlaku bagi petugas yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19. Mereka masih bisa pulang ke rumah, dengan menjalani prosedur tertentu terlebih dahulu. Seperti mandi sebelum pulang ke rumah.
Kondisi berbeda dialami petugas yang ‘melayani’ dan membantu secara langsung pasien Covid-19 di ruang isolasi. Meski sudah memakai pakaian khusus, mereka tak bisa serta-merta pulang ke rumah dan bertemu keluarga.
Sesuai prosedur kesehatan penanganan Covid-19, Dani menjelaskan, para petugas medis itu diharuskan menjalani karantina dulu. Agar tak membawa virus yang berawal dari Wuhan, Tiongkok, ke rumah mereka.
“Bahkan sudah hampir dua bulan teman-teman yang bertugas di ruang isolasi tidak pulang ke rumah,” ujar pria berkacamata ini.
Meski begitu, kondisi tersebut tentunya sudah disadari paramedis ini jauh-jauh hari. Sebelum mulai maraknya wabah Covid-19 seperti sekarang. Berada di garis terdepan dan berinteraksi langsung dengan pasien Covid-19, tentu memiliki konsekuensi. Salah satunya harus menahan rindu untuk bertemu langsung dengan keluarga di rumah.
“Makanya tak jarang kami harus berjuang melawan ego dan rasa rindu untuk bertemu keluarga,” katanya.
Hanya saja, besarnya dukungan dari keluarga, pemerintah, hingga masyarakat telah membuat mereka terus berupaya dan menjadi kuat. Berbagai bantuan yang diberikan membuat mereka sadar. Bahwa mereka tak sendiri dalam melawan virus SARS-CoV-2 itu.
Salah satu pihak yang cukup aktif dalam memberikan bantuan kepada tenaga medis adalah PT Berau Coal. Perusahaan tambang batu bara terbesar di Berau itu, diakui Dani, sudah cukup banyak memberikan kontribusi kepada para medis yang berjuang melawan Covid-19. Mulai dari baju hazmat, masker n95 hingga yang terakhir dua unit alat komunikasi untuk ruang isolasi.
Khusus untuk bantuan yang terakhir, Dani mengungkapkan sangatlah penting bagi pihaknya. Karena selama ini, persoalan komunikasi antara petugas di ruang isolasi dengan yang berada di luar ruangan isolasi cukuplah sulit.
“Sebenarnya kami punya interkom untuk komunikasi. Tapi karena itu tersambung melalui kabel, jadi tidak bisa dibawa ke mana-mana,” tuturnya.
Karena itu, tak jarang pula komunikasi antara petugas di ruang isolasi dengan petugas di ruang inner station, hanya mengandalkan bahasa tubuh hingga memakai ‘urat leher’ cukup kuat. Petugas yang berada di luar harus berteriak sekencang-kencangnya, agar petugas di dalam ruangan isolasi mengetahui instruksi yang perlu mereka lakukan.
“Apalagi ruang isolasi ini kan kedap suara. Makanya kalau tidak teriak, ya kami sampaikan melalui tulisan sebelum mereka masuk ruang isolasi,” jelas Dani, sembari menunjukkan video rekan-rekannya berteriak kepada petugas di dalam ruang isolasi.
Namun, sejak Rabu (15/4) lalu, hal semacam ‘kode’ seperti itu tidak perlu mereka lakukan. Dua unit alat komunikasi yang diberikan PT Berau Coal, benar-benar bermanfaatkan bagi mereka. Satu unit diletakkan di ruang isolasi dan satu unitnya lagi berada di luar ruang isolasi.
“Kami benar-benar terbantu sekali dengan bantuan yang diberikan teman-teman dari Berau Coal,” terang ayah satu anak ini.
Apalagi selama ini pihak PT Berau Coal, dijelaskannya selalu berkoordinasi dengan dirinya. Untuk menanyakan kebutuhan yang diperlukan petugas medis seperti saat ini.
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada pihak PT Berau Coal. Atas perhatian dan bantuannya selama ini kepada para tenaga medis sebagai garda terdepan melawan Covid-19. Serta berharap, hal serupa juga bisa dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lain di Kabupaten Berau.
“Ke depan kami juga tentunya berharap agar ada bantuan lebih dari PT Berau Coal untuk SDM tenaga medis seperti kami. Supaya ke depan bisa membantu menggelar pelatihan tenaga medis di RSUD,” harapnya.
Terpisah, Deputy Director Operations Support & Relation PT Berau Coal, Gatot Budi Kuncahyo menyampaikan, bantuan yang diberikan pihaknya merupakan wujud kepedulian dari PT Berau Coal. Terhadap petugas medis yang sedang berjibaku melawan Covid-19 di Berau.
“Setelah sebelumnya kami menyerahkan bantuan berupa face shield dan masker, kali ini kami kembali menyerahkan beberapa alat dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan, RSUD, dan puskesmas-puskesmas,” ucapnya.
“Saat ini juga sedang pengadaan secara bertahap. Ini komitmen dan kontribusi PPM (Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat) BC dalam penanggulangan Covid-19 di Berau,” sambungnya.
Ditambahkannya, bantuan-bantuan ini merupakan salah satu program PPM PT Berau Coal di bidang kesehatan. Dan sebagai wujud partisipasi perusahaan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 di Bumi Batiwakkal.
“Selama pengadaan dan penyerahan bantuan penanggulangan Covid-19 ini, Berau Coal selalu berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas Covid-19 sehingga diharapkan distribusi bantuan dapat terlaksana dengan baik dan tepat guna,” terangnya. (***/udi)
Sumber: Berau Post edisi Senin, 20 April 2020