Program Persiapan Paska Tambang Binungan
Sapi Binungan jadi 170 Ekor.
Masih banyak masyarakat yang berpandangan negatif terhadap aktivitas tambang. Mayoritas masyarakat beranggapan, lahan bekas tambang sudah tidak produktif lagi karena unsur hara di dalam tanah sudah hilang.
Namun anggapan tersebut keliru, semua lahan bekas tambang bisa tetap produktif jika proses reklamasi tambang dijalankan dengan benar, fungsi lahan pun bisa dikembalikan. Hal ini dibuktikan oleh PT Berau Coal yang memulai aktivitas penambangan batubaranya pada tahun 1992.
Bulan November 2014 PT Berau Coal telah melakukan kegiatan reklamasi seluas 6.747,20 Ha atau 70,15% dari area terganggu dan revegetasi seluas 3.024,03 Ha atau 31,44% dari area terganggu di kawasan hutan maupun non hutan.
Reklamasi lahan bekas tambang itu dibagi menjadi dua kelompok, yakni Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Di Binungan, saat ini sedang dalam tahap penutupan lahan. Sementara, kawasan KBNK dimanfaatkan untuk sektor-sektor produktif seperti pertanian, perkebunan dan peternakan.
Di Site Binungan, PT Berau Coal tengah mengerjakan pilot project dengan beternak sapi. Meski hewan ternak tersebut dikembangbiakan di lokasi bekas tambang, namun sapi-sapi itu dapat hidup dengan normal, bahkan secara fisik, mereka lebih gemuk dibanding dengan sapi-sapi yang dipelihara di dalam kandang.
sapi di lahan bekas tambang PT Berau Coal, tepatnya di Binungan boleh dibilang sukses. Pasalnya, peternakan tersebut telah berhasil mengembangbiakan sapi. Sapi-sapi yang terdiri tiga jenis, yakni sapi bali, sapi donggala dan sapi brahman cross tersebut sudah berkembang biak dan menghasilkan 69 ekor anak sapi, dengan sistem penggembalaan (pasture fattening) dan kereman (dry lot fattening).
Awalnya dalam farming project ini, PT Berau Coal hanya menyediakan 91 ekor sapi betina dan 5 ekor sapi jantan. Kurang dari dua tahun, populasi sapi yang diternakan di luar kandang itu meningkat menjadi 170 ekor.
Program pengembangan peternakan sapi di lahan bekas tambang yang dilakukan oleh PT berau Coal ini juga turut mendukung program kementerian Pertanian yaitu Program Swasembada Daging Sapi 2014 (PSDS-2014).Program yang telah dicanangkan pada tahun 2010 ini juga menjadi program pemerintah daerah Kabupaten Berau untuk memenuhi permintaan daging sapi lokal.
Peternakan sapi pada lahan reklamasi bekas tambang hanyalah salah satu sektor pengembangan pertanian terpadu pascatambang. Peternakan ini diharapkan dapat dijadikan percontohan sekaligus pusat pelatihan ternak sapi bagi masyarakat sekitar tambang.
Peternakan sapi pasca tambang PT. Berau Coal menggunakan pola pembibitan sapi potong yang nantinya diharapkan menjadi kawasan sumber bibit di daerah pasca tambang dan kampung-kampung lingkar tambang (Binungan Breeding Centre) dengan melibatkan peran kelompok-kelompok masyarakat peternak yang telah dibekali ketrampilan beternak dalam program Community Development PT. Berau Coal.
“Dengan begitu, setelah kegiatan tambang berakhir masyarakat bisa meningkatkann kesejahteraan melalui sektor peternakan, pertanian dan perkebunan,” kata Adji Pitojo sebagai koordinator farming project mendampingi Nurhayati Silalahi, Project Supervisor Mine Reclamation dan Muhamad Kalingga, Environment Supervisor Site Binungan PT Berau Coal.
Umumnya, kata Adji Pitojo, lahan bekas tambang mengandung logam berat yang bisa berdampak bagi kesehatan manusia. Namun PT Berau Coal dengan berbagai metode telah meminimalkan kandungan logam berat pada hijauan pakan ternak tersebut hingga berada di bawah ambang batas aman dan layak dikonsumsi ternak yang dikembangkan saat ini.
Untuk membuktikan sapi-sapi tersebut aman untuk dikonsumsi, PT Berau Coal bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Berau dan FKH-Universitas Airlangga melakukan penelitian dan uji analisa kandungan logam berat yang terkandung dalam pakan hijauan sapi yang tumbuh di lahan reklamasi pascatambang dan uji analisa logam berat pada jaringan daging sapi yang diternakan di peternakan Binungan.
Uji analisa tersebut bertujuan untuk memastikan keamanan daging sapi peternakan untuk dikonsumsi mengingat lahan yang digunakan untuk pengembangan peternakan adalah lahan yang ‘sensitif’ sehingga sangat perlu untuk dipastikan keamanan produk untuk dikonsumsi. “Hasilnya memang aman untuk dikonsumsi,” tandasnya.
Hasill Analisa Kandungan Logam Beratpada Jaringan Sapi dan Pakan Ternak
Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) – Surabaya yang dipimpin oleh Prof. Suwarno, drh sebagai implementasi dari kerjasama antara PT Berau Coal dan Pemkab Berau dilaksanakan pada tahun 2013, dimulai dengan menganalisa logam berat yang ada di dalam rumput-rumputan dan cover crop (tanaman penutup tanah untuk hijauan pakan ternak) yang tumbuh di area reklamasi binungan. Termasuk kandungan nutrisi pada hijauan pakan ternak, dan kandungan logam berat pada jaringan daging dan organ dalam sapi.
Rata-rata kandungan logam berat dalam hijauan pakan ternak lebih rendah dibandingkan dengan yang ada dalam tanah. Hal ini menjadi pertanda baik, karena menunjukkan bahwa sebagian logam berat dalam tanah tidak seluruhnya terlarut sehingga tidak terserap oleh hijauan pakan, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi oleh ternak.
Hal tersebut dimungkinkan karena keberadaan mikroba pengikat logam di dalam tanah, sehingga logam yang ada dalam tanah tidak seluruhnya terserap oleh akar tanaman.
Hasil uji kandungan nutrisi hijauan pakan ternak di areal reklamasi Binungan juga memberikan hasil yang menggembirakan. Rumput dan legum yang tumbuh di area reklamasi BMO memiliki kandungan nutrisi yang baik, hal ini ditunjukkan dengan kandungan protein yang tinggi yaitu 5,62 – 19,26 ppm. (Selengkapnya lihat grafis)
Sapi-sapi yang digembalakan di area reklamasi Berau coal secara umum terlihat gemuk dan sehat, dengan bulu-bulu yang mengkilat, yang menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisinya tercukupi. Pemeriksaan residu logam berat dilakukan dengan mengambil bagian tubuh setiap ekor sapi yang diteliti sebanyak 7 bagian organ tubuh, meliputi daging, otak, hati, paru-paru, jantung, usus, lambung dan ginjal.
Secara umum, residu logam berat pada daging dan organ dalam sapi peternakan BMO masih dalam batas aman dan aman untuk dikonsumsi, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai residu logam berat yang bersifat toksik bagi manusia seperti Kadmium, Merkuri, dan Arsenik.
Note : * BM Daging = Batas Maksimum residu pada daging segar konsumsi dalam SNI 2009** BM jerohan = Batas Maksimum residu pada jerohan dalam SNI 2009