SAMBALIUNG – Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar merupakan pemakaian energi terbesar di industri pertambangan batu bara. Seperti halnya di area kerja PT Berau Coal, 83 persen pemakaian solar diperuntukkan untuk mengoperasikan alat-alat berat. Selain itu, hamir 30 persen dari komponen total biaya merupakan biaya penggunaan BBM jenis solar, sehingga PT Berau Coal berupaya melakukan efisiensi konsumsi solar untuk area pertambangan.
Bertempat di Site Binungan, Kecamatan Sambaliung, Selasa (16/9) sekitar pukul 16.00 Wita, Berau Coal melaksanakan final tes diesel dual fuel (DDF) dengan Liquefied Natural Gas (LNG) pada alat pertambangan PT Berau Coal. Final tes yang dihadiri Bupati Berau Makmur HAPK, Wakil Bupati Ahmad Rifai, jajaran SKPD, Direktur Komersial Pertamina Gas Niaga, Direktur Utama PT Pertagas, Chief Operating Officer PT Badak, President Direktur PT Komatsu Indonesia, Direktur PT United Tractors (UT), Direktur PT Sapta Indra Sejati (SIS), President Direktur PT Power Service Indonesia, President Direktur PT Java Energy Semesta, Pimpinan kontraktor dan mitra kerja PT Berau Coal, serta para undangan dan karyawan PT Berau Coal.
Presiden Direktur PT Berau Coal Amir Sambodo mengatakan, program uji coba DDF ini sebelumnya sudah dilakukan pada genset PT Berau Coal di daerah Suaran, dan dilanjutkan ke unit HD 465-7R milik PT SIS di Binungan. Dari hasil uji coba pada genset dan HD tersebut dapat disimpulkan bahwa DDF dapat diimplementasikan lebih lanjut ke alat-alat tambang lainnya.
“Memang kalau dilihat dari data pemakaian BBM Jenis Solar, presentasenya sebesar 83 persen, dan hanya 17 persen untuk fasilitas pendukung lainnya seperti genset, light vehicle, tug bout, dan sebagainya,” katanya kepada Berau Post kemarin (16/9).
Dikatakannya, hal ini dilakukan atas dasar efisiensi BBM di area tambang PT Berau Coal karena solar memegang peranan penting dalam aktivitas pertambangan. Di lain hal, penggunaan BBM menyumbang sebesar 30 persen dari total komponen biaya, ditambah penurunan harga batu bara dunia.
“Oleh karna itu, kita harus lakukan efisiensi bahan bakar melalui DDF dengan LNG ini, dan diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap perkembangan PT Berau Coal,” jelasnya.
Lebih jauh Amir mengatakan, PT Berau Coal memilih program ini karena memiliki keunggulannya dibanding menggunakan BBM. Selain bisa memberi kualitas pembakaran yang lebih sempurna, tentu juga mengefisienkan konsumsi BBM. Yang tak kalah penting, emisinya lebih rendah dibanding menggunakan BBM.
“Jadi kalau menggunakan ini bisa lebih ramah lingkungan, selain itu juga LNG sendiri lebih bersih dari kontaminan sehingga dampak positif bagi mesin lebih tinggi dan dapat mengurangi biaya pemeliharaannya,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Bupati Berau Makmur HAPK menyambut baik inovasi terbaru PT Berau Coal tersebut. Jika dilihat dari kebutuhan masyarakat dunia dan khusunya di Kabupaten Berau, program ini sangat membantu jika bisa diterapkan lebih jauh hingga ke masyarakat. Sehingga kebutuhan masyarakat untuk menunjang kinerjanya bisa lebih murah.
“Kalau kita lihat, stok BBM dengan jumlah kendaraan ataupun lainnya di Kabupaten Berau, sangat tidak sebanding. Karena jumlah kendaraan sendiri saat ini sudah semakin meningkat setiap tahunnya, sementara BBM hanya seperti itu saja,” jelasnya.
Untuk lebih menghemat pemakain BBM, kita bersyukur PT Berau Coal sudah menuju upaya itu, dan kita berharap ke depannya makin banyak alat berat pertambangan yang menggunakan program ini, agar semua pengeluaran terkait biaya bisa diminimalkan.
“Kita berharap semuanya nanti bisa diterapkan, bahkan jika memang bisa alat berat ini menggunakan batu bara, seperti halnya mesin pembangkit listrik kita yang juga sudah ada menggunakan bahan bakar batu bara,” tutupnya. (BP)