PT Berau Coal menjalankan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) melalui budidaya kakao. Adapun PPM ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani kakao, mengembangkan inovasi teknologi, dan mendukung keberlanjutan industri kakao di Indonesia.
Social Enterprise Coordinator Berau Coal Yandi Rama Krisna mengatakan, program budidaya kakao ini telah dimulai sejak tahun 2010 dan dilakukan di lahan seluas 600 hektar dan menggandeng setidaknya sekitar 184 orang petani.
“Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan menciptakan lapangan kerja baru,” ujar Yandi saat ditemui di Berau, Kamis 7 Desember.
Yandi melanjutkan, berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Berau pada tahun 2018/2019 terdapat sekitar 1.200 hektar kebun kakao. Kemudian, tahun 2023, kembali melakukan proses peremajaan data pada Oktober 2023 tersisa hanya 500 hektar. Sisanya 700 hektar alih fungsi menjadi kebun kelapa sawit.
Yandi melanjutkan, untuk mendorong terus berlanjutnya usaha kakao di masyarakat, PT Berau Coal juga memiliki gudang dengan kapasitas 800 ton yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk fermentasi dan pengolahan biji kakao yang terintegrasi.
Yandi menceritakan jika sebelumnya Berau Coal hanya memasukkan kebun kakao ke dalam program CSR-nya. Kemudian pada tahun 2010 hingga 2016 para petani kakao menghadapi kendala saat tidak ada pasar yang dapat menyerap produksi kakao saat sedang melimpah. Ketiadaan pasar ini menyebabkan masyarakat kehilangan motivasi dan PT Berau Coal kemudian mengubah strategi dengan mendirikan gudang pusat fermentasi.
“Akhirnya kita ubah strategi. Saat itu Disbun sudah mulai fokus ke kakao, hulu jadi bagiannya Dinas Perkebunan Berau, kami masuk ke hilir. Akhirnya dibangun pabrik, karena ada pusat fermentasi yang bisa meningkatkan kualitas biji petani,” ujar Yandi.
Dengan adanya gudang tersebut, kata dia, Berau Coal melalui anak usahanya Berau Cacao mengirimkan beragam sampel biji kakao yang diambil dari petani kemudian dikirimkan ke berbagai pabrik cokelat. Hingga saat ini, kata dia, biji coklat dari Berau telah dikirim ke berbagai kota di Indonesia seperti Bandung, Bogor, Malang, Bali dan Makassar.
“Pernah ekspor pada 2020, sekitar 10 ton. Pada 2022 kami akuisisi sister company, jadi fokus kirim ke sana. Pengiriman ekspor ke Swiss, Amerika Serikat, dan Kanada,” kata dia.
Selain dipasok ke industri kakao, biji kakao juga dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar perusahaan. Oleh karena itu, warga binaan Berau Coal membantu mengkoordinasikan produk dan memasarkannya di Rumah Kemas Batiwakkal.
“Di sini ada 55 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang pasarkan produknya, sebagian berbahan kakao, tapi ada juga dari bahan lain,” terang Yandi.
Sementara itu, Senuddin mewakili petani binaan PT Berau Coal di Kampung Rantau Panjang, menyampaikan bahwa program pemberdayaan pengolahan kakao dari hulu ke hilir di PT Berau Coal telah memberikan dampak positif bagi para petani kakao di Kabupaten Berau. Para petani kakao kini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam mengelola kakao.
Selain itu, program ini juga telah meningkatkan pendapatan para petani kakao. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya harga jual kakao di Kabupaten Berau.
“Program PPM budidaya kakao ini sangat bermanfaat bagi kami. Kami mendapatkan bibit kakao berkualitas, pelatihan budidaya kakao, dan pendampingan pemasaran. Hal ini sangat membantu kami untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kakao kami,” kata Senuddin.
Sumber: https://voi.id/